- Tauhid (aqidah),
- Syariah (hukum-hukum), dan
- Akhlaq.
Ayat kedua merupakan penjelasan atas ayat pertama dalam hal keesaan Allah Ta’ala, yang menegaskan bahwa Allah itu Maha Sempurna dalam Dzat dan Sifat-sifat-Nya, sehingga sama sekali tidak membutuhkan kepada yang lain, tetapi justru segenap yang lainnya mesti butuh dan bersandar kepada-Nya dalam segenap keperluannya.
Ayat ketiga, disamping berisikan penegasan tentang keesaan dan kemahasempurnaan Allah, dan penafian segenap kelemahan serta cacat dari Sifat-sifat-Nya, juga merupakan bantahan telak terhadap semua orang yang menyekutukan Allah Ta’ala dengan menjadikan bagi-Nya anak, yakni orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa Uzair adalah anak Allah, orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah (QS At-Taubah : 30), dan juga orang-orang musyrik Arab yang mengatakan bahwa para malaikat adalah anak-anak perempuan Allah (QS An-Nahl : 57).
Ayat terakhir menegaskan salah satu konsekuensi dari makna tauhid, yakni penafian segenap bentuk penyekutuan dan penyerupaan terhadap Allah sekaligus bantahan terhadap semua orang yang menyekutukan Allah (musyrikin) dan yang menyerupakan Allah dengan makhluq-Nya (musyabbihin). Penafian dan bantahan serupa juga terdapat dalam banyak ayat yang lain, antara lain firman Allah (yang artinya),”Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS Asy-Syura : 11). Ayat ini juga merupakan bantahan terhadap semua orang yang menafikan sifat-sifat Allah (mu’aththilin).
Demikianlah, Surat Al-Ikhlas ini meskipun pendek tetapi memuat intisari dari risalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan seluruh nabi dan rasul ‘alaihimussalam, yakni tauhid.
0 comments:
Post a Comment